Selasa, 19 Desember 2017
Kerajinan Garut selama ini lebih kesohor jaket kulit dari Sukaregang. Namun, Garut pun menyimpan potensi wisata kerajinan bambu yang sudah dikenal semenjak tahun 2012. Bagi para pehobi pemelihara burung, nama Selaawi di Garut mungkin sudah tak absurd lagi. Ya, di salah satu daerah Garut yang berbatasan pribadi dengan Sumedang ini merupakan pusat perajin kandang burung.
Bahkan pada selesai 2016, Museum Rekor Indonesia (MURI) pernah mencatatk rekor yang dibuat oleh para perajin di sana. Para perajin berhasil membuatsangkar burung terbesar dengan ukuran tinggi 7 meter, diameter 5 meter, dan lingkaran 16 meter. Pembuatan sangkar.
Sangkar burung Selaawi sudah menyebar di banyak sekali daerah
Kerajinan kandang burung dari Selaawi itu ialah sangkarnya biasanya berbentuk bundar dan terdapat gesekan berbentuk dewa-dewa. Untuk pembuatan kandang burung biasa digarap dengan teliti dan dikerjakan secara manual. Satu buah kandang burung mampu dihargai mulai ratuan ribu hingga jutaan rupiah.
Hal tersebut bergantung dari tingkat kesulitan pembuatan sangkar. Kerajinan kandang burung produksi Selaawi telah dikenal di banyak sekali daerah di Indonesia. Para pehobi burung biasanya sudah berlangganan memesan kandang burung dari Selaawi.
Selaawi sendiri memiliki tujuh desa dan dari 39.000 penduduk Kecamatan Selaawi, 1.900 di antaranya ialah perajian bambu. Produksi kerajinan dari Selaawi bukan hanya kandang burung namun aneka kerajinan bambu lainnya, seperti peralatan rumah tangga, alat musik tradisional (karinding), asesoris, kursi dan furnitur. Potensi kerajinan kandang burung dari daerah utara Garut tersebut kini mulai dikembangkan dengan bantuan pemerintah setempat.
Pengembangan wisata kerajinan bambu Selaawi
Jika dikembangkan lebih optimal, Selaawi mampu menjadi destinasi wisata kerajinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pihak Kecamatan Selaawi sendiri tahun ini berencana akan membuatkan sebuah konsep wisata yakni wisata kerajinan bambu.
Konsep wisata kerajinan bambu ini dengan mengakibatkan Selaawi sebagai tujuan wisatawan. Wisatawan mampu menginap sambil melihat acara para perajin bambu di Selaawi. Untuk membuatkan daerah wisata, tentunya perlu bantuan dari pihak pemerintah setempat, warga, dan pihak lainnya.
Untuk ketika ini, pihak Kecamatan Selaawi telah menjalin kerja sama dengan salah satu universitas swasta di Bandung. Dukungan dari pihak akademisi salah satunya datang dari Harry Anugrah Mawardi ulusan ITB Jurusan Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB tahun 2009. Ia menjalin kerja sama dengan para perajin bambu Selaawi salah satunya dengan Utang Mamad yang berasal dari Desa Mekarsasi.
Mendorong perekonomian masyarakat
Kolaborasi keduanya menghasilkan karya kreatif dan inovatif. Seperti dilansir dari x.detik.com, keduanya memproduksi lampu meja, vas bunga, bangku, gelas, pegangan bambu, hingga kalung. Uniknya, sebagian besar kerajinan bambu yang dibikin ibarat kandang burung dengan bentuk tabung dan memiliki jeruji bambu.
Menurut hitungan pihak kecamatan, setidaknya memerlukan Rp100 miliar untuk pengembangan wisata kerajinan bambu Selaawi. Bila konsep wisata ini berkembang, otomatis akan berdampak pada tingkat perekonomian masyarakat.
Dari pendataan Gabungan Kelompok Perajin Selaawi, ada sekitar 40 pengusa kerajinan bambu di Selaawi. Untuk ketika ini, tengah disiapkan penanaman bambu yang mampu dijadikan materi baku kerajinan sekaligus menjadi lokasi wisata.
Tag :
Berita Pariwisata,
Wisata Garut