Kamis, 30 November 2017
Rangkaian program menyambut Hari Makara Purwakarta ke-185 dan Kabupaten Purwakarta ke-48 dimanfaatkan betul oleh pihak pemerintah setempat untuk ajang promosi wisata. Beberapa kegiatan digelar dari ekspo etnik tradisional hingga pemecarah rekor Museum Rekor Indonesia (Muri). Untuk pemecahan rekor dunia ialah pengucapan “Sampurasun” dan “Memukul Kentongan” dengan penerima terbanyak (57 ribu orang).
Dua identitas ciri khas Sunda tersebut bergema pada kegiatan yang digelar pada Sabtu, 20 Agustus 2016 tersebut. “Sampurasun” merupakan salam khas orang Sunda yang memiliki arti memohon maaf untuk menyempurnakan sebuah pertemuan dengan sesama manusia. Adapun ‘Kentongan’ sebagaimana diketahui merupakan alat pukul yang biasa digunakan oleh masyarakat Sunda dikala menjalankan rutinitas siskamling untuk menjaga lingkungan dari gangguan keamanan.
Dalam masyarakat Sunda, kentongan tersebut dikenal dengan nama ‘Kohkol’ yan biasa digunakan sebagai pemanggil untuk mengumpulkan massa di suatu tempat. “Sampurasun” dan “Kohkol” merupakan dua hal dari kebudayaan Sunda yang memiliki akar sosio-kultur yang kuat. Keduanya berangkat dari semangat saling menghargai dan tolong-menolong antarsesama manusia.
"Kami kagum terhadap Purwakarta atas konsistensi dan prestasi yang diraihnya. Festival di Purwakarta selalu menorehkan prestasi berupa pemecahan rekor sehingga mengundang daya tarik wisatawan lokal maupun internasional. Purwakarta itu cantik ya, sebab setiap tahun selalu konsisten, bikin program bukan sekedar acara. Tetapi program yang memiliki unsur etnik dan kebudayaan yang kuat, sehingga sangat menarik untuk siapapun, baik dalam maupun luar negeri,” kata perwakilan MURI, Deamaian Awan Rahargo.
Dalam event ini, opening art yang menampilkan menampilkan tarian bernuansa bambu berlangsung pada pukul 20.00 WIB di depan Patung Egrang di daerah Jln. Jenderal Sudirman, Purwakarta. Terlihat ribuan penonton pun tumpah ruah menyaksikan di sepanjang jalan yang dilalui.
Setelah pembukaan, seluruh penerima yang terdiri atas unsur OPD, BUMN, BUMD, BUMS dan anggota warga berjalan beriringan sambil mengucapkan “Sampurasun” dan memukul “Kohkol” untuk memecahkan rekor hingga garis final di area Gedung Kembar Jln. KK Singawinata.
Dua identitas ciri khas Sunda tersebut bergema pada kegiatan yang digelar pada Sabtu, 20 Agustus 2016 tersebut. “Sampurasun” merupakan salam khas orang Sunda yang memiliki arti memohon maaf untuk menyempurnakan sebuah pertemuan dengan sesama manusia. Adapun ‘Kentongan’ sebagaimana diketahui merupakan alat pukul yang biasa digunakan oleh masyarakat Sunda dikala menjalankan rutinitas siskamling untuk menjaga lingkungan dari gangguan keamanan.
Dalam masyarakat Sunda, kentongan tersebut dikenal dengan nama ‘Kohkol’ yan biasa digunakan sebagai pemanggil untuk mengumpulkan massa di suatu tempat. “Sampurasun” dan “Kohkol” merupakan dua hal dari kebudayaan Sunda yang memiliki akar sosio-kultur yang kuat. Keduanya berangkat dari semangat saling menghargai dan tolong-menolong antarsesama manusia.
"Kami kagum terhadap Purwakarta atas konsistensi dan prestasi yang diraihnya. Festival di Purwakarta selalu menorehkan prestasi berupa pemecahan rekor sehingga mengundang daya tarik wisatawan lokal maupun internasional. Purwakarta itu cantik ya, sebab setiap tahun selalu konsisten, bikin program bukan sekedar acara. Tetapi program yang memiliki unsur etnik dan kebudayaan yang kuat, sehingga sangat menarik untuk siapapun, baik dalam maupun luar negeri,” kata perwakilan MURI, Deamaian Awan Rahargo.
Dalam event ini, opening art yang menampilkan menampilkan tarian bernuansa bambu berlangsung pada pukul 20.00 WIB di depan Patung Egrang di daerah Jln. Jenderal Sudirman, Purwakarta. Terlihat ribuan penonton pun tumpah ruah menyaksikan di sepanjang jalan yang dilalui.
Setelah pembukaan, seluruh penerima yang terdiri atas unsur OPD, BUMN, BUMD, BUMS dan anggota warga berjalan beriringan sambil mengucapkan “Sampurasun” dan memukul “Kohkol” untuk memecahkan rekor hingga garis final di area Gedung Kembar Jln. KK Singawinata.
