Info wisata kekinian

Keraton Mangkunegaran dan Keraton Surakarta Hadiningrat

Keraton Mangkunegaran dan Keraton Surakarta Hadiningrat - - Pura Mangkunegaran sudah dibangun semenjak tahun 1757 oleh Raden Mas Said dan dia lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sambar Nyawa, setelah selesainya penandatanganan dari Perundingan Salatiga yang dilaksanakan pada tanggal 13 Maret. Kemudian Raden Mas Said menjadi menjadi seorang Pangeran Mangkoe Nagoro I. Istana Mangkunegaran sendiri terdiri dari dua bab utama yaitu pendopo dan dalem yang diapit tempat tinggal dari keluarga raja. Hal yang membuat istana ini menarik yakni keseluruhan dari istana terbuat dari materi kayu jati yang bulat/utuh.

Pendopo merupakan sebuah Joglo dengan memiliki empat saka guru (tiang utama) yang biasa digunakan untuk resepsi dan pementasan dari tarian tradisional Jawa. Terdapat seperangkat gamelan yang dinamakan Kyai Kanyut Mesem. Gamelan yang sebagaian besarnya masih lengkap ini biasanya akan dimainkan pada hari-hari tertentu sebagai pengiring latihan tarian tradisional.

Di dalam Dalem terdapat Pringitan, sebuah rungangan dimana keluarga mendapatkan para pejabat. Ruangan ini juga biasa digunakan untuk pementasan wayang kulit. Di dalam pringitan, terdapat beberapa lukisan hasil karya dari Basuki Abdullah, seorang pelukis kenamaan Solo.
Keraton Mangkunegaran
Keraton Mangkunegaran
Dalem juga difungsikan sebagai tempat untuk memajang banyak sekali macam koleksi barang peninggalan yang berharga dan mempunyai nilai seni serta punya sejarah yang tinggi. Terdapat banyak sekali koleksi topeng-topeng tradisional yang berasal dari banyak sekali kawasan di Indonesia, kitab-kitab kuno yang berasal dari jaman Majapahit dan juga Mataram, koleksi bermacam pelengkap emas dan juga ada koleksi beberapa potret Mangkunegoro.

Pura Mangkunegaran ini juga memiliki perpustakaan yang biasa disebut dengan nama Rekso Pustoko. Koleksi banyak sekali topeng tradisional yang asalnya dari banyak sekali kawasan yang ada di Indonesia, menyerupai Solo, Jogjakarta, Cirebon, Madura dan Bali.

Beberapa koleksi topeng yang berasal dari China. Disini para pengunjung mampu mendapatkan banyak sekali macam jenis souvenir dan cinderamata yang mampu dibeli di Pare Anom art shop. Pura Mangkunegaran ini dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 09.00-14.00, pada hari Jumat pukul 09.00-12.00, jikalau hari Minggu dibuka pukul 09.00-14.00. Disini juga terdapat beberapa koleksi kereta yang biasanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional.
Keraton Surakarta Hadiningrat
Keraton Surakarta Hadiningrat
Keraton Surakarta Hadiningrat lokasinya berada di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Keraton Surakarta Hadiningrat memiliki luas sekitar 54 hektar yang dimulai dari alun-alun utara hingga dengan alun-alun selatan, juga termasuk di dalamnya terdapat Pasar Klewer dan juga berdiri Masjid Agung Surakarta. Bangunan Keraton ini terdiri dari Pagelaran, Siti Hinggil, Kori Brojowolo, Kori Kamandungan, Kori Sri Manganti dan Panggung Sangga Buwana. Sedangkan bab keraton yang tidak boleh dikunjungi para wisatawan yakni Sasana Sewaka, Sasana Pustaka dan Maligi.

Kompleks dari keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti, yaitu sebuah dinding pertahanan yang memiliki tinggi 3-5 meter dengan tebal sekitar 1 meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah kawasan yang berbentuk persegi panjang dengan lebar sekitar 500 meter dan panjangnya sekitar 700 meter. Kompleks dari keraton yang lokasinya berada di dalam dinding yakni Kemandungan Lor/Utara hingga dengan Kemandungan Kidul/Selatan. Kedua kompleks tersebut yaitu Siti Hinggil dan Alun-Alun tidak dilingkupi oleh tembok pertahanan tersebut.

Berdasarkan sumber dari buku yang berjudul Babad Tanah Djawi versi L. van Rijckevorsel & R.D.S. Hadiwidjana (1925), Kesultanan Mataram sudah berdiri pada masa 17. Pada waktu Amangkurat III menjadi seorang raja, VOC kemudian mengangkat Pangeran Puger sebagai seorang raja alasannya yakni Amangkurat III telah menentang VOC. Akibatnya Mataram mempunyai dua raja dan ini menimbulkan sebuah perpecahan internal. Kekacauan politik gres mampu diselesaikan pada pemerintahan Pakubuwana III setelah pembagian dari wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Surakarta pada tanggal 13 Februari 1755.

Pembagian dari ke 2 wilayah ini telah tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Dengan adanya kisah yang demikian membuat sebagian masyarakat Jawa juga beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta merupakan mahir waris dari Kesultanan Mataram.

Keraton Surakarta Hadiningrat yakni salah satu sentra kebudayaan Jawa yang hingga ketika ini masih ada. kutipan .blogspot.com dari kratonsurakarta.com.
Tag : Wisata Solo
Back To Top