Info wisata kekinian

Kenapa Pilih Tinggal 1 Tahun di Australia?

Magical sunset dari Mrs. Macquaire Chair

Percaya ga kalo saya bilang, Australia belum pernah masuk ke bucket list kawasan yang mau saya kunjungi sebelumnya. Selama ini saya masih aja masukin negara-negara di Asia Timur dan Eropa ke bucket lists saya, namun ajaibnya saya ketika ini malah dapat kesempatan untuk tinggal selama satu tahun di Negeri Kangguru, Koala dan Wombat ini.

Melalui agenda WHV, saya berkesempatan untuk tinggal, guling-gulingan, ngesot-ngesotan hingga kerja secara legal di negara yang lokasinya berdekatan dengan Indonesia ini, lalu ketika ditanya kenapa pilih career break ke Australia? hmmm mungkin beberapa alasan berikut yang menjadi awal penggerak terbangnya saya ke Sydney setelah hampir setahun Visanya disetujui oleh imigrasi Australia.

1. Career Break sambil jalan-jalan

 kalo lagi libur, saatnya jalan-jalan - Palm Beach

Mampir ke Melbourne juga

Kalo ada yang nanya, "lu ngapain Mei setahun di Sydney?" Saya bakalan bilang, "Gue lagi Career Break". Selain sebab memang untuk orang Indonesia gres negara ini aja yang membuka kesempatan untuk Work and Holiday Visa di negaranya, saya memang ketika itu sedang butuh istirahat sejenak dari rutinitas kerjaa kantoran sambil  mencari jati diri *selama ini ilang?* *ga ketuaan lo nyari jati diri?*. Ada yang memutuskan career break dengan unpaid leave dan jalan-jalan selama 6 bulan - setahun, nah saya memutuskan juga untuk career break dengan kerja ini itu sambil jalan-jalan dan guling-gulingan di Sydney selama 1 tahun. Makara meskipun kerja serabutan tapi tetap bisa ngerasain "liburan" hampir setiap hari. 

2. Ga butuh ujian ini itu dulu

Sebenarnya bisa aja sih kalo untuk lanjut kuliah untuk mencicipi tinggal di negara lain, tapi jujur saya ini tipikal anak yang ga suka sama segala bentuk ujian (ujian sekolah lah, ujian bahasa inggris lah). Nah kebetulan ketika saya daftar visa ini, untuk kemampuan bahasa inggris saya juga ga perju ujian dulu tuh, sebab ketika itu bisa menggunakan akta kelulusan dari universitas yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar (bye bye TOEFL dan IELTS). Kalo sekarang? hahahaha kandidat yang sekarang diharuskan pake IELTS atau lulusan dari Universitas di luarIndonesia.

3. Ingin berguru banyak hal-hal baru

Kalo selama ini cuma sibuk kerja di belakang meja, kerjaan "casual" di Australia atau khususnya di Sydney ternyata lebih challenging, banyak banget jenis kerjaan yang mungkin ga pernah kepikiran buat saya kerjakan kalo saya berada di Indonesia. Hebatnya penghasilan kerjaan bergairah di sini ga kalah sama yang kerja kantoran.

Ternyata selama hampir 4 bulan tinggal di sini, saya gres sadar bahwa kerjaan sekecil apapun di sini banyak yang membutuhkan sertifikasi loh, ga asal sembarangan orang bisa kerja. Mulai dari RSA (Responsible Service of Alcohol) untuk para pramusaji di sebuah restoran atau cafe yang menyediakan minuman beralkohol, RSG (Responsible Service of Gambling) / RCG (Responsible Conduct of Gambling) untuk para pekerja di kawasan yang menyediakan "gaming machines" dan masih banyak lagi. 

Beda negara, beda peraturan jadinya di sini banyak hal gres yang saya pelajari mulai dari ga boleh nyebrang sembarangan, ga takut diklaksonin pengemudi lain kalo lagi nyebrang di zebra cross, dan masih banyak lagi.

4. Ingin Mandiri dan Menabung


Percaya ga kalo saya bilang waktu di Jakarta saya ga punya tabungan khusus apalagi tabungan darurat buat diri saya sendiri. Jujur penghasilan di Jakarta dulu cuma cukup untuk biaya hidup 1 bulan titik. Malah sering defisit dan alhamdulillahnya selalu ada aja jalan untuk dapat uang tambahan.

Nah sebab tinggal jauh dari keluarga dan sahabat, otomatis ga bisa sembarangan mengeluarkan uang juga. Di sini saya berguru mengatur keuangan dan pemasukan, well meskipun bukan anak akuntansi tapi saya ternyata bisa belajat otodidak untuk hal ini. Sekarang sih bisa dengan besar hati bilang punya tabungan, meskipun tidak banyak tapi di sini saya selalu menyediakan uang untuk kelangsungan hidup selama 2 ahad ke depan *ahhahha gres 2 ahad yah siap-siapnya*

5. Tinggal di kota dengan transportasi yang reliable

 Kereta double decker

 Terminal ferry di Circular Quay


 Sydney Light Rail

Waktu masih SMP/SMA saya pernah kepengeen banget-banget tinggal di Singapura cuma gara-gara saya tahu transportasi di sana udah reliable (secara saya anak angkot banget, suka emosi kalo angkotnya ngetem). Sempat coba mau ikutan pertukaran pelajar bahkan sempat niat mau cari beasiswa S1 di luar negeri hahahahah. 

Ternyata saya malah disuruh nunggu sedikit lebih lama dan alhasil bisa juga tinggal di Sydney. Transportasi di sini mudah dan jelas, setiap bus harus berhenti di halte dan agenda keberangkatanpun jelas. Ditambah lagi dengan adanya mobile aplikasi untuk memantau kedatangan bus, kereta dan ferry, jadi sekalipun mereka telat saya tau infonya kapan mereka akan tiba. Mencari rute perjalanan juga mudah banget dan semua pembayaran transportasi dapat dilakukan dengan kartu tap Opal (serupa ez-link di Singapura).

Selain saya, ada beberapa sahabat juga yang share alasan mereka memilih ikutan WHV ke Australia, jangan lupa mampir juga yah:
Back To Top