Senin, 19 Desember 2016
Puluhan musisi lokal, nasional, dan internasional, menyerupai Colin Bass (Inggris), Pattrick Shaw Iversen (Norwegia), Shri Sriram (India), Electric Fields (Australia) Fade To Blue (Taiwan), Gamelan Shock Breaker ((Norwegia/Indonesia), Ramkhamhaeng (Thailand), Yawri (Ecuador) Gilles Saissi and Persahabatan (Perancis) dan musisi dari Indonesia menyerupai Samba Sunda, Kuaetnika, Kunokini dan Svaraliane, Trah, Cakrawala Mandala Dwipantara, Grace Sahertian, Parahyena, Seratus Persen, Littlelute, Rubah di Selatan dan Balaruna, berkolaborasi mengalunkan musik dan tari di Gudang Persediaan PT KAI Jalan Sukabumi, Kota Bandung, mulai pukul 10.00 sampai 22.00 WIB.
Dalam aktivitas ini hadir Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Asdep Personal Wawan Gunawan.
Matasora yang dirancang untuk meningkatkan dialog multikultural, diskusi terkait pariwisata serta membuka anutan perihal keberagaman budaya melalui musik ini sukses mendatangkan turis mancanegara disamping lebih dari 1000 wisatawan Nusantara yang ikut larut dalam kemeriahan pekan raya musik ini.
Festival musik yang digelar 22 - 23 Juli 2017 ini diproyeksikan untuk membuka hati dan pikiran pengunjung perihal keragaman budaya dunia melalui musik, sebagai salah satu bahasa perekat. Selain itu, di Festival ini juga ada aktivitas menarik lainnya menyerupai workshop music, tari dan kesenian, Film Screening, Food Culinary Bazaar, Talkshow, Art Instalation. Serta Zona Edukasi Anak.
Adapun yang membedakan Matasora World Music Festival dengan pekan raya lainya yakni abjad di world music ini lebih menampilkan unsur lokal dan tradisi. Berbeda dengan pekan raya yang selama ini ada dengan menampilkan konsep pop.