Rabu, 22 November 2017
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, mengadakan Gelar Budaya Angklung bertajuk "Angklung Orkestra Festival 2017" pada Minggu (21/5/2017). Event yang diadakan di Lapangan Pandapa Paramarta (Kompleks Stadion Mas’ud Wisnusaputra) ini didukung oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Event ini sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya tradisional serta menjaga keberlangsungan seni tradisi sekaligus dilakukan Pendeklarasian Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Angklung.
Sekretaris Kementerian Pariwisata, Ukus Kuswara menyambut baik dan mengapresiasi prakarsa strategis Pemkab Kuningan menggelar even init. Mengingat semenjak Angklung ditetapkan tubuh dunia UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (Intangible Culture Heritage Humanity) asli dari Indonesia, maka perlu diwujudkan dan diimplementasikan dengan menjaga, memelihara, melestarikan dan meregenerasikan angklung di seantero nusantara.
Angklung simbol persatuan dan kebersamaan
Ukus Kuswara dalam sambutannya di hadapan Bupati dan Wakil Bupati, Rektor ITB, Ketua dan anggota DPRD serta Muspida, dan para pelajar serta tokoh masyarakat Kabupaten Kuningan, menyatakan alat musik angklung dapat menjadi salah satu simbol persatuan dan kebersamaan, alasannya ialah bermusik aklung harus dimainkan lebih dari satu orang, alasannya ialah satu angklung memiliki satu nada.
“Tadi masing-masing memegang angklung, dikala konduktor memberi instruksi untuk membunyikan berbarengan maka terdengar bunyi enak, artinya dikala kita bersatu padu dan bersama maka akan tercapai keinginan yang kita inginkan” ungkapnya.
Oleh alasannya ialah itu menurut Ukus, gotong royong Kabupaten Kuningan sudah punya filosofi yang luar biasa, dimana orang bau tanah kita sudah mewariskan sesuatu yang mampu bermanfaat. Khususnya bidang pariwisata, Kuningan memiliki obyek wisata budaya, alam dan buatan serta kemudahan penunjang yang tercipta berkat warisan orang bau tanah yang telah dilestarikan oleh generasi penerus secara berkesinambungan.
“Selain pertanian menjadi prioritas pembangunan, mari jadikan sektor pariwisata di Kuningan nomor satu, alasannya ialah pariwisata yang paling mudah dan murah untuk mensejahterakan rakyat, dan angklung menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kuningan,” tambah Ukus Kuswara.
Angklung jadi daya tarik wisata
Dijelaskan oleh Ukus, sebagai Kabupaten Angklung, dan apabila angklung pengembangannya sebagai daya tarik pariwisata, maka yang perlu dilakukan oleh Pemkab Kuningan beserta pemangku kepentingan, tugasnya ialah pertama memetakan dimana letak rumpun bambu, bagaimana bambu dilestarikan dan memberdayakan petaninya; kedua dimana kawasan pembuatan angklung, dan ketiga bagaimana mendidik masyarakat khususnya generasi muda untuk mempertunjukan angklung.
“Kalau angklung dikembangkan maka ekonomi rakyat akan maju, pariwisata di tempat-tempat pembuatan dan pertunjukan angklung, disekitarnya dapat didirikan dan dimanfaatkan sebagai homestay yaitu rumah warga yang sebagian kamarnya mampu disewakan kepada wisatawan yang ingin melihat, berguru membuat dan bermain” tegas Ukus.
Kementerian Pariwisata telah mengembangan promosi pariwisata melalui teknologi digital dengan membuat portal ITX, dan sekarang homestay mampu di-manage dan dipasarkan melalui IT, silahkan mendaftar dan homestay di Kuningan akan dipasarkan ke seluruh dunia, wisatawan mancanegara akan memesan dan bertransaksi via dunia maya.
Pagelaran Angklung Orkestra oleh Saung Udjo Arumba, dimeriahkan juga dengan permainan angklung oleh pelajar SD, SMP, SMA dan UPTD serta musik kolaborasi tradisi dan Rampak Pupuh Guru. Penonton yang memenuhi lapangan Pandapa Paramarta mencapai seribu orang masing-masing dibagikan sebuah angklung.
Secara massal dipandu oleh konduktor dari Saung Mang Udjo memainkan musik dengan lagu Kasih Ibu (lagu anak) dan Ayah (Koes Plus) dan dengan semangat kebersamaan dan keterpaduan menciptakan harmonisasi yang baik, biar masyarakat Kabupaten Kuningan yang menjunjung tinggi filosofi dan kearifan lokal melalui angklung, akan menimbulkan kebersamaan menuju keberhasilan. (Humas Kemenpar)