Rabu, 27 September 2017
Belajar kejujuran
Alimpaido sendiri dalam bahasa Sunda mengandung arti, alim = 'tidak mau' (bahasa halus dari embung), paido = 'menyalahkan orang lain' atau mampu pula mengandung arti 'dihinakan, dibohongi, ditinggalkan'. Alimpaido mampu diartikan tidak mau curang alias mengandung makna dalam permainan belum dewasa mengedepankan kejujuran dengan dasar nilai budaya, kreativitas, dan kebersamaan ciri urang Sunda. Alim paido pun mampu juga plesetan dari kata 'olimpiade'.
Permainan tradisional tersebut kini semakin banyak ditinggalkan oleh generasi penerus. Derasnya aneka permainan berbalut teknologi serta keterbatasan lahan telah menggantikan tugas permainan yang dulu banyak digandrungi anak-anak. Padahal, di balik permainan tersebut tersimpan banyak manfaat untuk tumbuh kembang fisik dan psikologis anak-anak, ialah manfaat olahraga, sosialisasi (kebersamaan), aspek motorik, sampai strategi.
Manfaat untuk perkembangan anak-anak
Misalnya, dalam permainan êgrang, belum dewasa mampu berolahraga sekaligus mencar ilmu aspek motorik dengan mencar ilmu keseimbangan berjalan dengan mengunakan jangkungan dari galah bambu yang digunakan belum dewasa biar mampu bangun dalam jarak tertentu di atas tanah. Selain itu, permainan perepet jengkol menuntut adanya kebersamaan dari ketiga pemain yang saling mengaitkan kaki sambil bernyanyi penuh keceriaan. Begitu pula sorodot gaplok menuntut ketepatan dan kecepatan dalam menembakkan kerikil yang diayun kemudian diluncurkan ke kerikil lainnya yang kalau kena akan menjadikan bunyi ‘plok’.
Festival Alimpaido 2016 digelar di alun-alun Kecamatan Serangpanjang, Subang. Event ini selain merawat seni-budaya warisan nenek moyang, juga dimaksudkan menggaet turis lokal, regional, nasional, dan mancanegara. Kegiatan permainan tradisional tersebut melibatkan lebih dari 300 murid SD, SMP, sampai SMA dari tujuh kecamatan yang masih berpengaruh mempertahankan permainan tradisional di desanya.