Rabu, 28 Desember 2016
Untuk melihat bagaimana rasa persatuan dan kesatuan masyarakat, di demam isu liburan Idulfitri tahun ini Anda mampu mencoba mengikuti Festival Cipasarangan 7. Salah satu kegiatan yang menyedot perhatian masyarakat dan pengunjung dari luar kota yakni "ngubek leuwi", yakni kegiatan mencari ikan dengan tangan kosong di muara Cipasarangan, Desa Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kegiatan ini pun sebagai ajang silaturahmi bagi masyarakat setempat, wisatawan, maupun penduduk yang mudik ke kampung halamannya di Cikelet.
Kegiatan menangkap ikan secara massal tersebut merupakan tradisi sebagai ungkapan rasa syukur warga Cikelet atas banyak sekali nikmat yang telah diberikan Tuhan SWT, terutama kesehatan, setelah melakukan ibadah puasa satu bulan Ramadhan. Kebahagiaan itu mereka sempurnakan dengan berkumpul bersama sanak keluarga ketika Lebaran. Kali ini, kegiatan pameran rakyat tersebut akan digelar dari pukul 8 pagi sampai tengah malam.
Legiatan itu sekaligus ditujukan untuk menggugah kesadaran terhadap pelestarian daerah anutan sungai (DAS) yang selama ini menopang kehidupan warga. Apalagi, kesadaran masyarakat memelihara lingkungan, termasuk hulu Sungai Cipasarangan, semakin mengendur. Ada sekelompok orang yang justru berperilaku merusak sumber air di hulu sungai.
Leuwi yang diubek-ubek untuk mencari ikan dengan tangan kosong itu dipilih yang agak luas tetapi tidak terlalu dalam. Kebetulan lubuk itu berada di bawah jembatan jalur Jabar selatan, tidak jauh dari tempat bermuaranya sungai itu di Samudra Hindia. Acara itu digelar di anutan Sungai Cipasarangan, Desa Cikelet, di daerah pantai selatan Kabupaten Garut. Penyelenggaranya yakni belum dewasa muda Cikelet yang tergabung dalam Rumah Budaya Cipta Kreatif Lintas Talenta (CKLT) dan Yayasan Pagar Cipasarangan, Cikelet.
Kampung Adat Dukuh
Seperti diketahui, Desa Cikelet merupakan salah satu daerah potensial pariwisata di Jawa Barat yang terletak di ujung selatan Kabupaten Garut. Pantainya bersih. Kecamatan Cikelet memiliki kekayaan budaya sangat khas, yaitu Kampung Adat Dukuh, yang teguh mempertahankan identitas tradisi kampung Sunda lama.
Kampung moral itu terletak di kaki Gunung Dukuh sekitar 10 kilometer dari sentra Kecamatan Cikelet. Salah satu falsafah hidupnya di bidang pelestarian alam yakni ulah coba-coba motong iwung bitung di tonggoh sabab mampu edan salelembur, yakni melarang setiap pengambilan pohon di lereng gunung alasannya mampu menjadikan orang sekampung tidak waras. Falsafah itu sudah dijalankan semenjak beratus-ratus tahun lalu sehingga tidak ada yang berani melanggarnya alasannya takut gila.
Area hutan tersebut merupakan lereng pegunungan yang curam. Luasnya 10 hektare dan merupakan daerah tangkapan air, termasuk mata air Sungai Cipasarangan. Jika hutan ini terganggu, selain warga kampung di bawahnya akan kesulitan air, ancaman longsor juga mengancam mereka.
Gelara Festival Cipasarangan sendiri biasa menyajikan aneka kesenian tradisional mulai pencak silat dan musik tradisional, menyerupai terbang (rebana) gembrung atau terbang sejak. Agar warga aktif berpartisipasi, digelar atraksi ngubek leuwi di Sungai Cipasarangan.
Aneka hiburan tradisional
Kegiatan ngubek leuwi selain membentuk ruang silaturahim budaya, juga sebagai ruang penyadaran bagi seluruh warga akan pentingnya memuliakan lingkungan, terutama sumber air. Pergelaran seni rakyat disertakan sebagai upaya pelestarian seni tradisi yang selama ini tergerus zaman.
Sebagai penghormatan terhadap sumber air, dalam kegiatan itu diisi upacara Kawin Cai, yakni menggabungkan air yang diambil dari tujuh sumber mata air di Kecamatan Cikelet, yakni mata air Gunung Dukuh, Gunung Kasur, mata air Cimangke, Cipasarangan, Cikarang, Cikandang, dan Ciseundeuhan.
Festival Cipasarangan ke-7 yang akan digelar pada hari Rabu, 28 Juni 2017 tersebut akan diisi dengan guar silsilah, rampak lisung, Mimit Arista Percussion, helaran, kamonesan lembur, pencak silat, adrahi, karinding, terebang, dll.
Tag :
Kalender Event,
Wisata Garut