Rabu, 07 Desember 2016
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada semester I 2017 meningkat 22,42 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah 6,48 juta kunjungan itu, wisatawan asal India tercatat yang paling tinggi pertumbuhannya.
Apa yang membuat wisatawan “Bollywood” itu tertarik? Apa saja faktor yang mendorong mereka untuk plesir? Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Pasifik Kementerian Pariwisata Vinsensius Jemadu punya jawabannya.
Kunjungan favorit ke Bali
VJ, sapaan bersahabat Vinsensius Jemadu mengatakan, dari jumlah tersebut lebih banyak didominasi kunjungan masih menyasar Pulau Dewata, Bali. Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, sampai Juni 2017 wisatawan asal India tercatat sebanyak 129.727 wisatawan. Jumlah tersebut naik 39,90 persen dibanding semester sama tahun sebelumnya yang tercatat 92.371 orang.
"Hal ini alasannya yaitu ada kesamaan lebih banyak didominasi penganut agama Hindu sehingga menjadikan proximity (kedekatan) budaya yang kental antara masyarakat India dan Hindu di Bali. Dan ditunjunjang dengan adanya air connectivity dari Denpasar ke aneka macam kota di India,” ujar VJ, Selasa (22/8/2017).
Dari paparan VJ, semenjak Desember lalu, Garuda Indonesia sudah melayani penerbangan dari Denpasar-Mumbai. Kemudian tidak lama berselang, Air Asia juga membuka penerbangan ke Mumbai dan Denpasar-Kolkata. Dan satu bulan setelahnya giliran Batik Air menerbangi Denpasar-Chennai.
“Ini artinya roadshow yang dijalani Menpar risikonya benar-benar luar biasa. Karena itu kami akan terus mendorong airlines, khususnya LCC untuk terbang ke beberapa kota besar India ke destinasi-destinasi yang sesuai dengan market profiling mereka,” ujar VJ.
Menguatkan kedekatan budaya
Lalu, apa yang akan dilakukan Kemenpar guna menggenjot lagi kedatangan wisman India? Soal ini, VJ mantap mengatakan, dengan menguatkan kedekatan budaya. Selama ini wisman India lebih mengenal Bali dan Kepri sebagai destinasi yang dituju.
“Padahal kita punya JogloSemar yang juga berpengaruh serta memiliki kesamaan budaya yang sama. Nantinya promosi akan diperkuat baik secara online maupun offline,” kata dia.
Dan pasar MICE bakal ikut digenjot. Kebetulan, pasar MICR juga punya potensi sangat besar di India. Kemenpar, ujar Vinsen, akan menggandeng tour operator di 10 kota di India yang akan diberi pelatihan bagaimana menjual destinasi Indonesia.
Pelatihan tersebut akan dilakukan berjenjang, sehingga membuat tour operator India benar-benar mampu menjual destinasi Indonesia.
“Pasar MICE ini luar biasa di India. Selama ini saya akui belum tergarap baik, sementara Singapura menangkap peluang itu dengan baik sekali,” kata Vinsen.
Memberi insentif
Selain itu, guna memperlancar pasar MICE, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata juga akan memberi insentif. Dari penjajakan yang dilakukan Vinsen, didapat aspirasi dari whole seller di India yang menginginkan kemudahan-kemudahan dalam membawa wisatawan MICE, khususnya insentif.
“Misalnya fasilitasi antrean khusus di imigrasi, kemudian satu kali untuk lunch atau dinner serta special gift menyerupai selendang atau udeng. Hal itu menyerupai bentuk penghormatan mereka diterima secara resmi,” kata Vinsen.
Vinsen mengatakan nantinya promosi akan dikejar di 10 kota India. Yakni Mumbai, Ahmedabad, Pune, Chandigarh, Konnagar, New Delhi, Kolkata dan lainnya.
“Spending mereka rata-rata satu orang wisman lebih dari 1.100 dolar AS. Dengan jumlah penduduk yang tinggi, maka potensinya sangat besar. Pasar yang gemuk selain Tiongkok,” ujar Vinsen.
Pemberlakuan bebas Visa
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara (BP3M) I Gde Pitana mengatakan, meningkatnya kunjungan wisman India juga tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan lainnya.
“Termasuk pemberlakuan bebas visa (free visa) dan penguatan konektivfitas penerbangan yang telah dilakukan oleh Garuda Indonesia dari Mumbai ke beberapa kota besar di Indonesia,” ujar Pitana.
Menteri Pariwisata Arief Yahya ikut menegaskan, berdasarkan data, tahun 2015 outbound travellers India ada 20.380.000 orang, atau tumbuh 11,1% dari tahun 2014. Dengan kedekatan budaya, maka ada potensi besar untuk menggaet pasar India.
“Ramayana dan Mahabharata yang sangat popular di Indonesia itu berasal dari India,” ungkap Arief Yahya yang menilai industry tourism itu menyerupai dengan telecommunication dan transportation. Kuncinya ada di proximity, atau kedekatan.
Hal lainnya, india juga punya Mumbai yang notabene merupakan sentra bisnis India nomor dua terbesar setelah New Delhi. Sebanyak 45 persen dari jumlah outbound India berasal dari Mumbai. "Ini semakin meyakinkan bahwa India, khususnya Mumbai merupakan pasar sangat potensial khususnya untuk memperkenalkan 10 destinasi pariwisata prioritas yang ada di Indonesia," ucap Menpar Arief Yahya.