Kamis, 08 Desember 2016
Pada event Karnaval Kemerdekaan Pesona Parahyangan, Presiden Joko Widodo direncanakan akan ikut arak-arakan dengan naik Kereta Pancasila. Di program yang akan digelar Sabtu, 26 Agustus 2017 tersebut, seniman Tisna Sanjaya bersama dengan budayawan lainnya, Aat Suratin, Joko Kurnain, dan beberapa budayawan lainnya mendapat peran untuk merancang kendaraan beroda empat yang akan menjadi tunggangan RI 1.
Dandang dari perajin Tasikmalaya
Seniman asal Cigondewah Bandung tersebut bersama teman-temannya menggagas sebuah kendaraan yang menyimbolkan kerja keras pemimpin untuk membawa kesejahteraan rakyatnya. Menurut Tisna, konsep yang diusung ialah kendaraan beroda empat basajan, artinya sederhana, tetapi lahir dari kerja keras. Sebuah truk dihias dengan kepala burung Garuda yang tegak gagah berani. Lalu di bab belakangnya disusun seeng (dandang), alat memasak tradisional Sunda, yang dipakai untuk membentuk tumpeng raksasa.
“Ada sekitar 99 seeng buatan pengrajin Tasikmalaya yang dipakai untuk membentuk tumpeng. Di dalam seeng itu akan diisi air yang diambil dari 99 mata air di Jabar. Makna angka 99 ini juga merujuk pada Asmaul Husna (nama-nama Sang Pencipta), hal ini mengingatkan kita pada Sang Pencipta,” ujar Tisna di Bandung, Sabtu (25/8/2017).
Simbolisme Kereta Pancasila
Menurut Tisna, makna air dalam seeng itu ialah simbol spiritualitas yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Barat. Sebagai sumber kehidupan, air dapat kita pakai berwudhu, bersuci, minum, dan sebagainya. Untuk menggambarkan kesejahteraan, di dalam tumpeng seeng itu dimasukkan aseupan, yakni wadah untuk mengukus nasi atau makanan lain yang berbentuk kerucut dan terbuat dari bambu yang dianyam. Di dalam aseupan itu akan dimasukkan hasil bumi menyerupai dimasukan hasil bumi menyerupai gabah, ubi, singkong, talas, dan sebagainya. Dan, di depan kendaraan itu aka nada puisi wacana semangat dan optimisme.
“Puisinya masih proses, nanti Kang Aat dan kawan-kawan yang akan menulisnya. Pesannya adalah, dengan penuh semangat dan optimis, maka kita akan semakin beriman pada Sang Pemilik Alam,” ucap Tisna.
Adapun Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi akan ditempatkan di bab depan dari kendaraan itu. “Jika dilihat dari depan, kendaraan itu membawa hasil bumi dan Jokowi sebagai pemimpin mengantarkannya untuk rakyatnya,” kata Tisna.
Menurut Tisna, mengacu pada tema karnaval yakni, ‘menyalakan api, kerja bersama”, maka kendaraan beroda empat hias yang ditunggangi Jokowi melambangkan semangat bekerja bareng-bareng, dan memanen hasil kerja itu secara bersama-sama.
“Kesuburan, kemakmuran, nilai-nilai spiritual itu terlihat melalui kendaraan yang ditumpangi Jokowi. Saya berharap karya ini menjadi instalasi yang cantik dan diperlukan dibawa ke istana, lalu ‘diparkir’ di halaman istana untuk menjadi simbol helaran karnaval budaya dari kota Bandung,” ucap Tisna.
“Kok mampu ya seniman kerja bersama, padahal kita tahu umumnya seniman punya karakter, egonya besar lengan berkuasa banget, tapi mereka mau kerja bersama untuk mewujudkan satu karya cantik dan monumental. Ini bukan ide perseorangan, ini kolaborasi, Itulah masyarakat kita, kita mampu bersatu untuk satu tujuan,” kata Aat.
Pakaian daerah
Pakaian kawasan juga akan tercermin dari 2.500 akseptor karnaval yang berasal dari 34 provinsi dan komunitas. Dari pakaian moral yang mereka kenakan akan tampak keberagaman, kaya karna, kaya motif dan kaya inspirasi. “Kita memang berasal dari banyak sekali macam etnis, budaya yang mampu tercermin dari pakaian. Keberagaman itulah yang dapat dipersatukan oleh Pancasila,” kata Tisna.
Budayawan, seniman, dan pekerja kreatif di Bandung berharap setelah helaran karnaval kemerdekaan ke-72 ini, Indonesia mampu terus bekerja bersama untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. “Indonesia ini negeri yang subur, kaya, dan memiliki budaya yang adiluhung, yakni gotong royong. Melalui gotong royong, pemimpin dan rakyatnya bekerja sama untuk meraih kesejateraan rakyat,” ucap Aat.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, spirit itulah yang mendasari lahirnya, Indonesia Incorporated. Bangsa Indonesia harus bersatu, mensinergikan kekuatan, memperkuat semua lini.
“Kalau ingin maju, kita harus tetapkan musuh bersama. Kalau mau menang kita harus kompak, solid, dan maju serentak,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.
Begitupun di pariwisata, jikalau ingin bersaing di level global harus menyatukan langkah menuju satu cita-cita. “Kalau kita bersinergi, tidak ada yang mampu mengalahkan Pariwisata Indonesia,” katanya.
Standarnya pun harus global, tidak lagi terkotak-kotak oleh birokrasi yang sempit, dan membelit kepentingan yang lebih jauh. “Memajukan Pariwisata sama dengan memajukan perekonomian bangsa ini. Karena pariwisata ialah penyumbang PDB, Devisa dan Lapangan Kerja yang paling mudah dan murah,” kata Arief Yahya.
Menpar Areif Yahya juga mengimbau masyarakat semoga menyaksikan aktivitas karnaval dengan menggunakan pakaian adat. "Jangan lupa penonton pakai baju-baju moral ya? Kenakan Busana Nusantara, biar penontonnya keren, akseptor karnavalnya juga keren! Foto dan Video nya juga keren," ujarnya.
Ini akan menjadi karnaval paling unik. Penonton menyaksikan akseptor karnaval. Sebaliknya akseptor karnaval juga mampu melihat penonton yang berpakaian tradisional, dari mana saja asal sukunya.
"Silakan yang perempuan pakai selendang, yang laki-laki mengenakan ikat kepala atau blangkon (Joglosemar), totopong (Sunda), udeng (Bali), sortali (Batak). Pasti seru!" ungkap Arief Yahya sambil mengingatkan untuk menyisakan space di memmory smart phone-nya untuk memotret karnaval ini.
Tag :
Info Kemenpar,
Kalender Event