Jumat, 18 November 2016
Pelestarian budaya mampu diupayakan dengan cara apa saja. Masyarakat Pencak Silat Indonesia (Maspi) melakukannya dengan menggelar Temu Pendekar Internasional yang mengundang 36 akademi pencak silat se-Indonesia dan mancanegara.
Turur hadir akseptor dari mancanegara, yakni dari Belanda, Singapura, Thailand, Belgia, Perancis, India, Nepal, Jepang, Timor Leste, dan Ukraina. Acara yang digelar kedua kalinya itu dibuka pribadi oleh Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil di Plaza Balai Kota Bandung, Sabtu (21/10/2017).
Menghidupkan warisan budaya
Ridwan mengatakan, wujud pelestarian yang dilakukan oleh Maspi merupakan upaya untuk menjaga identitas bangsa. Pencak silat, salah satunya, merupakan warisan budaya yang harus terus dihidupkan.
"Saya sangat mendukung acara ini sebab melestarikan budaya bangsa ialah kewajiban kita sebagai bangsa yang harus punya identitas. Selemah-lemahnya bangsa ialah bangsa yang tidak punya identitas," tegas Ridwan.
Sedari dulu, silat telah menjadi episode dari kehidupan masyarakat sehari-sehari. Ridwan menambahkan, bahkan dalam filosofi hidup warga Jawa Barat silat dan salat ialah kunci kekuatan hidup.
"Maka dari itu, silat dan salat itu harus bersatu padu menjadi sebuah kekuatan orang-orang Sunda, orang-orang Jawa Barat, orang-orang Indonesia," imbuhnya.
Itulah mengapa dirinya sangat mendukung upaya para tokoh silat dan pemerintah Indonesia yang mengajukan kepada UNESCO supaya pencak silat dijadikan sebagai warisan budaya dunia tak benda.
Pencak Silat layak jadi warisan dunia
Pada awal tahun lalu, Ridwan bersama tim Maspi berangkat ke Perancis untuk melaksanakan presentasi di hadapan para juri UNESCO. Ridwan diutus pemerintah sentra untuk melobi dan meyakinkan para juri bahwa pencak silat layak menjadi warisan dunia.
"Tujuannya supaya tidak diklaim," ujar Ridwan. "Makanya kita lakukan preventif daripada nanti jika sudah terjadi suka ribut tapi tidak menghasilkan hasil apa- apa. Maka dari sekarang kita daftarkan supaya risikonya selamanya diakui menjadi milik bangsa ini," tandasnya.
Pada kesempatan itu, Ridwan menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi kekhasan pencak silat yang tidak dimiliki negara lain. Selain sebagai seni bela diri, pencak silat juga mengandung unsur seni musik dan seni kostum.
Proses penilaian oleh UNESCO diperkirakan akan memakan waktu selama dua tahun. "Karena nanti akan diteliti, didatangi, diwawancara, dibuktikan apakah jumlahnya signifikan, apakah betul klaim dari kita, bagaimana pembinaannya, berapa jumlah sekolah atau paguronnya nah itu yang akan diteliti. Sampai nanti waktunya kita doakan perjuangan ini membuahkan hasil," katanya.
Atas hal tersebut, Ketua Dewan Pembina Maspi Edwin Sanjaya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Bandung. Dukungan penuh pemerintah kota, menurutnya, sangat berarti bagi perkembangan pencak silat di Bandung.
"Tapi perjuangan kita belum selesai. Pelestarian budaya ini harus kita lakukan terus, harus kita jaga terus," ucap Edwin.
Salah satu rangkaian program Temu Pendekar Internasional ialah menampilkan sendra Pencak Silat yang diutus ke UNESCO di Paris, Perancis. Ada pula penampilan senam pencak oleh para petarung dan rampak pencak yang dibawakan oleh TNI.
Pada acara itu juga akan digelar workshop ajaran pencak silat dari seluruh Indonesia, menyerupai ajaran bandrong cimande, maenpo cikalong, terumbu banten, suliwa, dan sebagainya. Acara akan berlangsung sampai hari Senin , 23 Oktober 2017.